Wisma Xaverian Yogyakarta |
Apa maksud judul di atas? Supaya lebih tahu silakan membaca pengalaman saya berikut ini.
Tanggal
11 Juli 2012 yang lalu, saya tiba di komunitas Wisma Xaverian, Yogyakarta.
Rencananya selama lebih kurang setahun saya akan tinggal di komunitas ini.
Tugas saya adalah membantu para pastor untuk mendampingi para tunas. Juga
membantu sedikit di bagian animasi.
Saya
datang dengan semangat baru setelah sebelumnya selesai belajar di STF
Driyarkara, Jakarta. Dan, baru saja ada tambahan semangat misioner setelah
mengikuti retret tahunan di komunitas Yogyakarta bersama para frater.
Saya
diterima oleh Pastor Salvador, SX, P Manuel, dan P Memo. Waktu itu ada 4 tunas
yang sekarang menjadi pranovis di Jakarta.
Saya
senang sekali tinggal di komunitas ini. Ada teman bicara dengan anak-anak tunas
kemudian dengan para pastor yang notabene trio-Meksiko. Saya merasa tidak
sendiri karena ada tunas. Jadi di komunitas ini ada orang Indonesia dan
Meksiko. Dua negara.
Dua
minggu kemudian, para tunas berangkat ke Jakarta. Saya merasa sepi. Untunglah
ada bapak dan ibu di dapur juga Pak Mul dan Mas Jono yang bisa diajak ngobrol.
Lalu,
P Salvador dan P Manuel berangkat ke Flores untuk mengikuti tahbisan P Ino, SX.
Saya dan P Memo menjaga rumah. Suasananya sepi. Saya menyalakan lampu untuk dua
rumah, rumah tunas dan rumah animasi. Dan juga pekerjaan lain yang bisa saya
kerjakan. Sesekali kami berdua ditemani Rm Agung, SX yang sedang cuti di
rumahnya di Klaten.
Akhir
Agustus komunitas Yogyakarta mulai ramai dengan kedatangan para tunas. Juga
para pastor kembali dari Flores. Tidak lama kemudian P Corda juga tiba dari
Jakarta. Komunitas menjadi tambah ramai.
Saya
mulai menghitung-hitung, kami di sini berasal dari 3 negara. Wah..inilah yang
dinamakan komunitas internasional. Satu komunitas untuk 3 negara.
Bulan
November tahun 2012 datang juga P Valentin, SX. Kami bertambah lagi. Sekarang
ada 4 negara. Bahkan kalau melihat secara lebih luas lagi, 4 benua. Benua Asia,
Amerika, Afrika, dan Eropa. Inilah komunitas internasional ala komunitas
Yogyakarta.
Inilah
yang saya maksudkan dengan judul, Satu Rumah Untuk Empat Negara. Sungguh saya
merasa senang tinggal di komunias seperti ini. Bahasa yang digunakan mungkin
tidak internasional, Bahasa Indonesia. Tetapi, kadang-kadang ada variasinya.
P
Corda menggunakan bahasa Italia yang hanya bisa dimengerti oleh P Salvador dan
P Manuel. Lalu, kadang-kadang juga P Manuel dan P Salvador menggunakan bahasa
Spanyol. Saya dan P Valentin kadang-kadang menggunakan bahasa Inggris. Inilah
variasi yang mewarnai segi internasionalitas dari komunitas Xaverian
Yogyakarta.
Saya
hanya mau menceritakan suasana internasional ini dalam tulisan ini. Pengalaman
lain akan saya ceritakan dalam tulisan yang lain. Saya belajar budaya dari konfrater
dari Meksiko, Italia, dan Kongo.
Terima
kasih kepada para formator di Cempaka Putih dan para dewan provinsial yang
menugaskan saya di komunitas Yogyakarta ini. Saya beruntung bisa merasakan
suasana persaudaraan di antara anggota komunitas yang berasal dari 4 benua ini.
Terima
kasih kepada Bapa di surga, Santo Conforti, dan Santo Fransiskus Xaverius yang
memberi saya kesempatan untuk mengalami ini semua.
Fr
Gordi Afri, SX
TOMER di Komunitas Xaverian
Yogyakarta
*Dimuat di majalah KELUARGA KITA
*Dimuat di majalah KELUARGA KITA
Posting Komentar