Ide untuk membuat blog ini lahir begitu saja. Tanpa dipikir panjang. Ibarat penulis yang tidak menunggu ide. Datang ide langsung direalisasikan. Alangkah baik jika pengalaman missionarisitu diceritakan. Cerita itu nanti akan abadi. Bukan saja dibaca sekali tetapi berkali-kali. Itulah sebabnya blog ini lahir.
Dalam perjalanannya
nanti blog ini akan menyuguhkan kisah jenaka para missionaris. Di anak judul
blog, ada kata SUKA dan DUKA. Suka tentu saja. Ada banyak pengalaman missionaris
tentang suka ini. Tentu awalnya mungkin duka. Lama-lama jadi suka. Atau dipaksa
suka dulu baru mau tak mau harus suka, lalu akhirnya jadi suka juga. Ada juga DUKA tentunya. Tidak ada yang mudah dan enak dalam hidup ini. Semuanya butuh
perjuangan. Dalam perjuangan itulah lahir duka. Tetapi, lebih dari duka,
kiranya banyak sukanya.
Jangan terpaku pada
ingatan cerita lampau, jadi missionaris itu ibarat hidup duka. Tidak. Yesus
yang mengutus para muridnya memang menyampaikan pada mereka bahwa hidup mereka
itu akan berhadapan dengan situasi duka. Bayangkan anak domba di tengah serigala. Ganas bukan? Bisa dimakan,
bisa mati. Nyawa jadi taruhan. Tapi, di balik itu, Yesus bilang, Aku akan
bersama kalian. Jadi, dengan Yesus masak selalu duka? Tentu dan pasti duka YA. Tetapi,
selalu DUKA itu mustahil.
Artikel ini hanya umpan
saja agar pembaca menikmati kisah para missionaris selanjutnya nanti. Untuk memperkenalkan
juga kepada umat Kristiani di Indonesia tentang kisah hidup-jenaka para
missionaris. Suka dan duka di daerah misi. Jarang sekali publikasi besar dalam
bidang ini dalam penerbitan buku di Indonesia. Beda misalnya di Barat, seperti
Italia dan Prancis, yang berlomba-lomba membagikan cerita berharga dari tanah
misi. Sudah saatnya Gereja Indonesia memperkenalkan karya para missionarisnya
yang tersebar di seluruh dunia. Gereja Katolik Indonesia memang kecil, tapi
rasanya besar. Missionarisnya sudah tersebar ke berbagai negara. Ini bukti
bahwa Gereja Indonesia bukan saja menikmati buahnya tetapi juga sudah beranak-cucu.
Mengapa anak cucu?
Dulu, para missionaris
datang ke Indonesia. Sekarang sebagian besar sudah pergi ke dunia seberang. Sekarang,
tinggal beberapa saja. Mereka sudah meninggalkan jejak berarti bagi Gereja
Indonesia. Gereja ini pun tumbuh dan berkembang menjadi gereja yang berbuah. Anak-anaknya
sudah terbang, membawa misi ke seluruh dunia. Sudah saatnya kita mengetahui
cerita anak-anak bangsa ini. Kelak juga cerita ini akan jadi harta berharga
bagi anak-cucu kita. Itulah sebabnya Gereja Indonesia katakanlah sudah beranak-cucu.*
Salam.
Posting Komentar