Halloween party ideas 2015


Ide untuk membuat blog ini lahir begitu saja. Tanpa dipikir panjang. Ibarat penulis yang tidak menunggu ide. Datang ide langsung direalisasikan. Alangkah baik jika pengalaman missionarisitu diceritakan. Cerita itu nanti akan abadi. Bukan saja dibaca sekali tetapi berkali-kali. Itulah sebabnya blog ini lahir.



Dalam perjalanannya nanti blog ini akan menyuguhkan kisah jenaka para missionaris. Di anak judul blog, ada kata SUKA dan DUKA. Suka tentu saja. Ada banyak pengalaman missionaris tentang suka ini. Tentu awalnya mungkin duka. Lama-lama jadi suka. Atau dipaksa suka dulu baru mau tak mau harus suka, lalu akhirnya jadi suka juga. Ada juga DUKA tentunya. Tidak ada yang mudah dan enak dalam hidup ini. Semuanya butuh perjuangan. Dalam perjuangan itulah lahir duka. Tetapi, lebih dari duka, kiranya banyak sukanya.



Jangan terpaku pada ingatan cerita lampau, jadi missionaris itu ibarat hidup duka. Tidak. Yesus yang mengutus para muridnya memang menyampaikan pada mereka bahwa hidup mereka itu akan berhadapan dengan situasi duka. Bayangkan anak domba di tengah serigala. Ganas bukan? Bisa dimakan, bisa mati. Nyawa jadi taruhan. Tapi, di balik itu, Yesus bilang, Aku akan bersama kalian. Jadi, dengan Yesus masak selalu duka? Tentu dan pasti duka YA. Tetapi, selalu DUKA itu mustahil.



Artikel ini hanya umpan saja agar pembaca menikmati kisah para missionaris selanjutnya nanti. Untuk memperkenalkan juga kepada umat Kristiani di Indonesia tentang kisah hidup-jenaka para missionaris. Suka dan duka di daerah misi. Jarang sekali publikasi besar dalam bidang ini dalam penerbitan buku di Indonesia. Beda misalnya di Barat, seperti Italia dan Prancis, yang berlomba-lomba membagikan cerita berharga dari tanah misi. Sudah saatnya Gereja Indonesia memperkenalkan karya para missionarisnya yang tersebar di seluruh dunia. Gereja Katolik Indonesia memang kecil, tapi rasanya besar. Missionarisnya sudah tersebar ke berbagai negara. Ini bukti bahwa Gereja Indonesia bukan saja menikmati buahnya tetapi juga sudah beranak-cucu. Mengapa anak cucu?



Dulu, para missionaris datang ke Indonesia. Sekarang sebagian besar sudah pergi ke dunia seberang. Sekarang, tinggal beberapa saja. Mereka sudah meninggalkan jejak berarti bagi Gereja Indonesia. Gereja ini pun tumbuh dan berkembang menjadi gereja yang berbuah. Anak-anaknya sudah terbang, membawa misi ke seluruh dunia. Sudah saatnya kita mengetahui cerita anak-anak bangsa ini. Kelak juga cerita ini akan jadi harta berharga bagi anak-cucu kita. Itulah sebabnya Gereja Indonesia katakanlah sudah beranak-cucu.*



Salam.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.