USKUP
NATALE PAGANELLI MENAHBISKAN 4 DIAKON XAVERIAN DI PARMA
Tahbisan
diakon kali ini (Minggu, 6 Desember 2015) cukup unik. Keunikan pertama adalah para diakon berasal
dari 3 benua (Afrika, Amerika Latin dan Asia). Keunikan kedua adalah penahbis
datang dari Sierra Leone-Afrika. Penahbis adalah Monsinyur Natale Paganelli SX,
administrator di Keuskupan Makeni, Sierra Leone. Uskup ini ditahbiskan pada
bulan Oktober yang lalu. Pentahbisan para diakon ini adalah kali pertama bagia
uskup yang pernah menjadi provinsial di Meksiko dan Sierra Leone ini.
Keunikan
yang lain yang menjadi kebiasaan setiap tahun adalah banyaknya umat yang
datang. Dari daerah Selatan seperti Salerno, dari Tengah seperti Ancona, dan
juga dari Utara seperti Parma, Udine, Desio-Milan, Genova. Bahkan kali ini umat
dari kota Parma hampir mendominasi. Boleh dibilang jarang terjadi. Umat yang
datang memang berasal dari paroki-paroki tempat para diakon merasul. Itulah sebabnya
jumlahnya kali ini meningkat sampai-sampai tidak bisa menampungnya di Santuario Conforti. Kursi-kursi diduduki
semua. Beruntunglah masih ada dan jumlahnya banyak yang memilih untuk berdiri. Kru
fotografer berdiri karena sering bergerak, juga anak muda dan keluarga yang
ingin menyaksikan dari dekat jalannya penahbisan.
Uskup
Natale menggunakan kesempatan emas ini untuk beranimasi, memperkenalkan kepada
umat, siapa sebenarnya diakon itu. Dia mendahului homilinya dengan menyinggung
figur Yohanes Pembaptis. Yohanes—kata uskup—merenungkan Sabda Allah di
padang gurun. Lalu, dia mewartakan-Nya ke hadapan umum. Pertama-tama
merenungkan-Nya lalu mewartakan-Nya. Hal kedua
yang disinggung oleh bapak uskup adalah figur diakon itu sendiri.
Dengan nada lembut, dia mengatakan bahwa daikon adalah orang yang melayani
dengan rendah hati dan dengan kesederhanaan. Pelayanan ini menjadi lengkap jika
disertai dengan sikap berbelas kasih kepada sesama sesuai tema aktual saat ini
dalam tahun yubilium yang dicanangkan Paus Fransiskus. Berbelas kasih mesti mulai dari diri sendiri. Tidak bisa berbelas
kasih jika kita tidak mengalaminya pertama-tama. Kita juga—sambung bapak uskup—tidak
bisa berbelas kasih jika menutup diri kepada belas kasih Allah bagi kita.
Untuk
menyapa kaum muda yang hadir, Uskup Paganelli mengajak mereka untuk
benar-benar menentukan dengan baik pilihan hidup mereka. Masa muda
adalah masa untuk memilih. Pilihan itu yang nantinya menentukan masa depan. Paganelli
menutup homilinya dengan lelucon yakni dengan mengajak kaum muda untuk datang
ke Sierra Leone sebab tidak satu pun dari para diakon memilih untuk bermisi di
negara tersebut.
Warna
unik lainnya dari perayaan ekaristi kali ini adalah sumbangan paduan suara dari
kelompok kor di kota Parma bersama para frater Xaverian. Kelompok inilah yang
menyemarakkan perayaan ini dengan lagu-lagu dari berbagai bahasa termasuk
bahasa Indonesia. Juga tarian yang dibawakan oleh kaum muda dari kota Parma. Sumbangan
seperti ini kiranya memperkaya kekhasan keluarga kita sebagai keluarga
internasional.
Setelah
misa dan foto-foto, para undagan diajak ke kamar makan rumah induk. Di sana ada
makan malam bersama dan rekreasi sejenak berupa permainan, video kumpulan foto
para diakon, persembahan lagu dari beberapa komunitas dari luar kota Parma. Salah
satu kelompok yang tampil dari kota Parma adalah kelompok Filipina dari paroki tempat
Diakon Hotman merasul. Kelompok ini luar biasa. Mereka mempersembahkan sesuatu
yang berharga bagi Diakon Hotman. Bagi mereka, Diakon Hotman adalah bagian dari
keluarga mereka. Tak heran jika saat makan malam, mereka membawa kue tar (torta) lalu menikmatinya bersama dan
menghias muka Diakon dengan kue tersebut. Ini bukan mainan tetapi permainan
sederhana sebagai bentuk kasih sayang mereka kepada Diakon Hotman. Setelahnya,
mereka juga menyanyikan beberapa lagu dalam bahasa Inggris dan Tagalog. Lagu-lagu
ini kiranya mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Diakon Hotman. Apalagi
setelah itu, Diakon Hotman mengumumkan bahwa tak lama lagi dia akan kembali ke
Indonesia untuk menjalani masa diakonatnya di Indonesia. Kami sedihhhhh Bang Hotman.
Keunikan
yang tak kalah seru untuk diingat adalah kehadiran beberapa keluarga Indonesia.
Ada Pastor Marini, Pastor Marsel, Suster Ana dan Suster Ronita dari susteran ALI
di Milan, juga Mbak Ina dari Parma. Mbak Ina adalah tokoh di balik tersedianya
masakan Indonesia saat makan malam. Ada nasi,
kerupuk, sayuran khas Indonesia, daging ayam, dan sebagainya. Pokoknya uenakkkk dehhh. Selain kami, kedua daikon
juga turut ambil bagian saat persiapan pada siang dan sore hari. Bahkan Pastor
Marsel yang hobi masak (juga makan) turut hadir, kedua suster, Fr Gordi dan
Berto. Pekerjaan ini berhasil atas kerja sama kami semua dan terutama Mbak Ina
dan Fr Berto yang menyiapkan bumbu-bumbu dan alat masak lainnya.
Demikian
laporan tentang acara tahbisan yang unik ini dari kota Parma.
Medio
Desember 2015
Fr
Gordi SX
FOTO-FOTO TAHBISAN DIAKON HOTMAN DAN PANDRI, KLIK DI LINK INI.
Posting Komentar