INFO TENTANG VIRUS EBOLA DI SIERRA LEONE
P.FX Sudharmanto, SX (Sierra Leone)
Pertama-tama saya mau
menginformasikan kalau saya dalam keadaan baik dan sehat. Saya tetap bekerja di
Mongo Bendugu, di wilayah distrik Koinadugu, yang hingga kini menjadi
satu-satunya distrik yang belum terdapat laporan resmi tentang kasus ebola. Di dalam distrik Koinadugu ini
kita mempunyai 3 paroki: Kabala, Fadugu dan Mongo Bendugu.
Berita tentang ebola di Sierra
Leone, Guinea, Liberia, Nigeria dan tempat-tempat lain kiranya selalu bisa
diupdate melalui internet. Setelah masing-masing negara ini menyatakan darurat
kesehatan nasional atas wabah ebola, WHO juga telah menyatakan EVD (Ebola Virus
Desease) sebagai wabah darurat international. Dua warga Amerika Serikat yang
terjangkit ebola di Liberia sudah dipulangkan dan dirawat di negara mereka.
Juga seorang imam misionaris Spanyol yang bekerja di rumah sakit di Monrovia,
Liberia sudah dipulangkan dan dirawat di Spanyol. Selain untuk mencegah
penyebaran ebola yang lebih luas, darurat internasional ebola dinyatakan karena
negara-negara Afrika Barat ini tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi sendiri
wabah ini, sehingga membutuhkan solidaritas international.
Ebola yang tidak pernah dialami
sebelumnya di Afrika Barat memang benar-benar mengejutkan. Bahkan kebanyakan
warga tidak percaya, kecuali mereka yang melihat sendiri. Ini juga yang menjadi
penyebab penyebaran ebola begitu cepat dan memakan banyak korban, karena
ketidaktahuan (ignorance) akan virus ebola yang mematikan ini. Bahkan
pemerintah dinilai sangat terlambat dalam menanggapi dan mengambil langkah
untuk menghadapi dan mengatasi penyebaran ebola. Sikap para pemimpin pun
mulanya tidak begitu peduli. Mereka baru benar-benar tersentak ketika dokter
Sheik Umar Khan yang memimpin penanganan korban ebola sendiri menjadi korban
dan akhirnya meninggal. Ketika ebola mewabah di Guinea, bulan Februari lalu,
misalnya, pemimpin traditional (paramount chief) Mongo Bendugu mengatakan
kepada kami kalau wabah ebola itu hanyalah berita bohong, itu hanya
akal-akalannya NGO untuk mendapatkan dana international yang akan
dimasukkan ke dompet mereka sendiri. Padahal Mongo Bendugu di mana saya
berkarya sekarang berbatasan langsung dengan Guinea, bahkan Kissidougu, kota di
mana ebola pertama kali dideteksi tidak jauh dari Mongo Bendugu. Tapi dengan
aktivitas penyadaran, sekarang sudah banyak yang menerima ebola sebagai kenyataan
dan harus mengubah sikap dan perilaku demi menghindari dan mencegah
penyebarannya. Administrator
Apostolik Keuskupan Makeni (P. Natale Paganelli, sx) mengedarkan surat pastoral
tentang ebola : “Ebola is Reality and It is with Us”. Dalam surat
tersebut, semua diajak untuk melengkapi diri dengan pemahaman dasar tentang
ebola dan untuk berpartisipasi serta kooperatif dalam menghadapi, menangani dan
mengatasi penyakit ini. Keuskupan juga mengedarkan doa khusus untuk pembebasan
dari penyakit ebola.
Sekedar info singkat tentang ebola. Ebola
menular melalui kontak. Cairan yang ada dalam diri orang yang terinfeksi
menjadi medium utama penyebarannya, seperti keringat, darah, air mata, urine,
diare, muntah, dll. Infeksi berkembang dalam 3 tahap. Tahap pertama adanya
demam tinggi secara tiba-tiba dan badan menjadi lemah, seperti malaria atau
typhoid. Tetapi demam karena
ebola tidak akan turun walau penderita diberi paracetamol. Tahap kedua
penderita akan muntah, diare, kadang-kadang pendarahan juga. Tahap ketiga penderita
meninggal. Mayat penderita ebola sangat berbahaya menularkan ebola. Virus ebola
yang tidak mendapatkan oksigen dalam jasad mati akan berusaha mempertahankan
diri dengan bergerak ke jasad hidup lainnya.
Makanya dalam berkarya pastoral kami harus
berhati-hati dalam berkontak langsung, tidak berjabat tangan, sesering mungkin
membasuh tangan dengan air bersih, atau campuran clorine, dettol atau sekedar
sabun biasa. Virus ebola bisa tinggal pada benda juga, misalnya kertas atau
uang dalam kondisi basah atau berkeringat. Sebenarnya bila bertemu dengan benda
kering, virus ebola tidak akan tahan hidup sesudah 20 detik. Jika virus pun
menempel di tangan, virus tidak akan masuk ke dalam tubuh kecuali melalui luka
yang terbuka (sekecil apa pun), atau jika tangan menyentuh mulut atau mata.
Itulah pentingnya membasuh tangan sesering mungkin. Kami juga diminta
berhati-hati dengan penguburan orang meninggal. Seringkali kita tidak tahu
apakah orang yang meninggal disebabkan oleh ebola atau bukan. Kami tidak boleh
terlalu mendekati mayat, juga mereka yang mengurusnya, tidak perlu dibawa masuk
ke gereja, hanya diluar saja, lalu dikuburkan sesegera mungkin. Sejauh ini, di
Keuskupan Makeni, para religious, imam, misionaris dari luar negeri, termasuk
kita Xaverian, tetap menyatakan tinggal di Sierra Leone, kecuali
suster-suster Notre Dame (SSND).
Kita berharap semoga wabah ebola di
Afrika Barat segera bisa diatasi, dan masyarakat bisa kembali ke hidup normal.
Hari-hari ini dan mendatang, tidak tentu sampai kapan kiranya akan berakhir,
merupakan hari-hari yang berat untuk seluruh masyarakat di sini. Presiden
menyatakan darurat ebola selama 90 hari. Ada yang berpendapat bahwa paling
tidak perlu waktu 6 bulan untuk benar-benar memberantas virus ini (hingga
sesudah Natal). Kita saling mendoakan.
Ciao, Sudarmanto - Mongo
*Dimuat di majalah KELUARGA KITA edisi Juli-Agustus 2014
*Dimuat di majalah KELUARGA KITA edisi Juli-Agustus 2014
Posting Komentar